Saturday, April 28, 2012

Mandalawangi-Pangrango


Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang-jurangmu
Aku datang kembali kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu
Walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
Aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
Dan aku terima kau dalam keberadaanmu
Seperti kau terima daku

Aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
Sungaimu adalah nyayian keabadian tentang tiada
Hutanmu adalah misteri segala
Cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta

Malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi
Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua

Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya
Tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar
Terimalah dan hadapilah

Dan antara ransel-ransel kosong dan api unggun yang membara
Aku terima ini semua
Melampaui batas-batas hutanmu
Melampaui batas-batas jurangmu

Aku cinta padamu Pangrango
Karena aku cinta pada keberanian hidup

(Soe Hok Gie)

Refleksi Diri


Kemarin saya menonton film GIE. Sebenarnya sudah lebih dari 3 kali saya menonton film ini. Tapi entah mengapa saya tak pernah bosan menontonnya. Semakin saya menonton, semakin saya merasa dikritik. Film ini bercerita tentang sosok seorang mahasiswa bernama Soe Hok Gie yang merupakan keturunan etnis Tionghoa yang memiliki pikiran kritis. Soe Hok Gie tampil sebagai sosok mahasiswa yang ingin berjuang membela bangsanya di tengah kondisi keterpurukan masyarakat Indonesia di bawah pimpinan presiden Soekarno. Dia tidak hanya berjuang melalui demonstrasi-demonstrasi di jalanan. Namun ia juga menuangkan isi pikirannya ke dalam bentuk tulisan yang ia kirimkan ke media cetak-media cetak. Melalui bukunya “Catatan Seorang Demonstran” yang disusun berdasarkan catatan harian yang ia tulis, kita akan melihat betapa dalam kegelisahannya melihat nasib bangsa Indonesia pada saat itu. Betapa kritis pemikirannya, dan betapa ia ingin melihat bangsanya berubah ke arah yang lebih baik. Hal yang terus bertahan hingga kematian menjemputnya di usia muda (27 tahun). Mungkin kematiannya di usia muda pun adalah keinginnya, seperti kata yg selalu ia ucapkan yang ia kutip dari seorang filsuf Yunani “orang yang paling beruntung adalah orang yang tak pernah dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, yang tersial adalah mati tua”. Menurut saya, keinginannya tersebut mungkin disebabkan ia tak tahan melihat penderitaan yang dialami bangsanya.
Berkali-kali nonton film ini, selalu terlintas hal yang sama di pikiran saya. Betapa hebatnya seorang Gie. Ia berani mengambil jalan yang berbeda demi memperjuangkan keadaan yang menurutnya salah. Apakah seperti itu sosok mahasiswa seharusnya?? Kembali ketika pikiran itu muncul, serasa diriku kembali dikritik. Dan kembali lagi saya bertanya pada diri sendiri, bagaimanakah sebenarnya sosok mahasiswa yang ideal?? Apakah mahasiswa yang selalu belajar tekun untuk mendapatkan nilai yang tinggi?? Apakah mahasiswa yang rajin mengikuti berbagai macam organisasi di kampus?? Apakah mahasiswa yang rajin ikut demonstrasi di jalanan?? Atau kombinasi dari kesemuanya?? Lalu apakah saya sudah bisa benar-benar disebut sebagai mahasiswa?? Pertanyaan-pertanyaan yang sampai saat ini belum mampu saya jawab secara pasti.
Mungkin menurut saya, sosok seorang mahasiswa ideal adalah ia yang tak hanya berprestasi di bidang akademik, namun juga ia yang memiliki rasa tanggung jawab untuk memajukan masyarakat. Secara singkat, ia adalah seorang mahasiswa yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi juga masyarakat di sekitarnya. Mahasiswa, kata maha yang terkandung di dalamnya memiliki makna yang dalam. Mahasiswa, ia bukan lagi siswa yang terus menerus belajar untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Tetapi ia memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap masyarakatnya. Mahasiswa sering kali dianggap “kaum intelektual” muda, yang diharapkan memiliki semangat dan pemikiran kemajuan. Selain itu sebutan “Agent of Change” atau agen perubahan yang melekat pada sosok mahasiswa sesungguhnya merupakan harapan masyarakat terhadap sosok ini untuk melakukan perubahan nasib masyarakat ke arah yang lebih baik.

(Ditulis pada 7/12/2011)