Thursday, September 13, 2012

Senja dan Fajar


Sore ini aku menikmati senja yang terbentang di hadapanku. Entah kenapa terasa sedikit berbeda. Mungkin karena aku menikmatinya denganmu.
Namaku Senja. Dan namamu Fajar. Tapi ada yang aneh dengan diri kita. Kau suka senja, tapi tak suka Fajar. Sementara aku suka Fajar, tapi tak suka senja. Seringkali aku berpikir mungkin masing-masing orang tua kita terbalik memberikan nama pada kita. Tapi sore ini kita berdua begitu menikmati rona merah matahari senja di hadapan kita.
“Kau tau, aku sangat suka senja,” ucapmu mengawali pembicaraan diantara kita.
“Kenapa??”, tanyaku tak acuh
“Senja itu menenangkan. Kau lihat warna merah yang tergurat menghiasi matahari senja itu?? itu begitu indah dan mendamaikan”, jawabmu sambil tetap memperhatikan matahari senja yang semakin tenggelam.
“Aku tak suka senja”, balasku ketus.
Kau menatap dengan heran kepadaku.
“Aku lebih suka fajar. Bagiku fajar itu semangat, awal kehidupan. Fajar menjadi alarm bagiku untuk kembali bekerja keras. Ya, bagiku hidup adalah kerja keras”, ujarku tanpa kau tanya padaku.
Lalu kembali kita masing-masing terdiam. Menikmati matahari senja yang semakin tenggelam untuk kembali ke peraduannya.

***
“Hey, namaku Fajar”, ucapmu tiba-tiba padaku sambil mengulurkan tanganmu.
Aku menengadah, mengalihkan tatapan dari bungkusan kardus berisi buku-buku itu. Aku terkejut, apa-apaan cowok ini, pikirku.
“Oh, mungkin kau kaget. Bolehkah aku berkenalan denganmu?? namaku Fajar, Ketua Yayasan Pemuda Peduli ini”, ucapmu sekali lagi memperkenalkan diri.
“Oh, namaku Senja”, ucapku sembari menerima uluran tanganmu.
“Kamu anak baru yaa??ku lihat baru kali ini kau ikut acara ini”, tanyamu.
“Bukan, aku cuma diajak temenku kesini”, jawabku.
“Oh, baiklah. Aku kesana dulu yaa, bantuin yang disana”, ujarmu.
“Oke”, kataku.
***
Semenjak perkenalan itu sepertinya waktu semakin mendekatkan kita. Semakin sering kita bersama, semakin nyaman aku di dekatmu. Dan semakin sering kita menikmati senja berdua.
Hingga tanpa kita sadari hadir sebuah rasa baru di hati kita. Awalnya aku sama sekali tak menganggapmu menarik. Wajahmu tak terlalu tampan, meski cukup manis dilihat. Tinggimu sedang, dan gaya bicaramu ceplas-ceplos.
Awalnya aku membencimu. Seringkali kau coba mengajakku bercanda dengan leluconmu yang garing. Menanyaiku hal-hal yang menurutku tidak penting. Tapi lama kelamaan itu yang membuatmu lucu di mataku. Kau juga baik, pintar, dan bijaksana. Semakin menambah pesonamu.
Seringkali kita bertengkar untuk hal-hal yang tak penting. Menanyakan kenapa kau bernama Fajar tetapi tak menyukainya, begitu pula denganku. Memperdebatkan seharusnya kita bertukar nama saja tapi akhirnya sadar nama itu cocok dengan jenis kelamin kita. Hingga akhirnya kita mampu menerima dan menyadari, Fajar menyukai senja, dan Senja menyukai fajar.
Mungkin perbedaan itulah yang menyatukan kita. Senja dan Fajar yang saling melengkapi. Tak ada senja tanpa fajar. Dan tak ada fajar tanpa senja.

***
Hari ini di tepi pantai Parangtritis. Kau tuliskan sebuah nama di pasir ketika senja mencapai ujungnya. Senja Feyra Utami. Itu namaku. Sembari menggenggam tanganku kau berpamitan. Kau akan pergi, ke kota dimana senja dan fajar hanya bisa kau tatap sebentar. Kota yang pernah menjadi impian kita, sebagai senja dan fajar yang akan bersinar disana.
“Tunggu aku kembali disini”
itu pesan terakhirmu sebelum berangkat.

***
Sore ini aku kembali kesini. Menikmati senja sendirian. Ku lukis indah senja yang dulu ku lihat di matamu. Perlahan-lahan ku tuliskan namamu di pasir pantai, berharap mampu menyatu dengan kedamaian senja sore ini. Fajar Hermawan. Kurangkai harap agar kau segera kembali.
Ku tunggu kau disini, menggenggam janji yang kau ucap. Meski senja dan fajar terus berganti hari J



perbedaan jadi tidak berarti
karena hati telah memilih
di mataku kita berdua satu
apapun yang mengganggu
cinta takkan salah
(Cinta Takkan Salah – Gita Gutawa ft Derby Romero)

Tuesday, September 11, 2012

Ya Allah, Aku Jatuh Cinta

Ya Allah, yang membolak-balikkan hati kami...
Selama ini aku tidak pernah tahu
bagaimana rasanya mencinta
Namun, aku berharap
bila cinta hadir menyapaku
aku tidak akan kehilangan Engkau

Ya Allah, selama ini aku hanya berharap
Semoga bisa mencintai
Orang yang memiliki cinta yang luar biasa kepada-Mu

Ya Allah, selama ini aku juga berharap
Semoga bisa dicintai
Oleh orang yang bisa mengarahkanku
Menuju keridhaan-Mu

Pintaku ya Allah,
Ijinkan aku memiliki rasa ini
Hingga ia menjadi indah di dada kami
Tanpa mengurangi rasa cinta kami kepada-Mu...


(dikutip dari buku "Ya Allah, Aku Jatuh Cinta"-Burhan Sodiq)

Monday, September 10, 2012

Cinta Tak Terkata

Aku tak mengerti, apa yang kurasa
rindu yang tak pernah begitu hebatnya
aku mencintaimu lebih dari yang kau tau
meski kau takkan pernah tau
         
          Aku terdiam duduk lesu di kamar kosku. Kau tak membalas chatku. Membacanya pun mungkin tidak. Entah tidak ingin, atau tidak sempat. Meskipun aku tetap berusaha berpositive thinking padamu. Rasanya sekali lagi, aku berharap terlalu jauh padamu. Nyatanya kita hanya teman.
         Folder dalam otakku masih menyimpan rapi ingatan tentang sosokmu. 7,5 tahun aku mengenalmu. 7,5 tahun aku mengagumimu. 7,5 tahun aku memendam rasa untukmu. Meski sempat 5 tahun rasa itu beralih kepada 2 sosok selainmu. Tapi nyatanya rasa itu tak pernah benar-benar hilang. Ia hanya bersembunyi di ruang lain hatiku.
          Dan entah kenapa akhir-akhir ini bayanganmu menjadi lebih setia menemaniku. Menyelinap dalam sepiku dan diam-diam menguatkanku di saat aku sedih. Meskipun hanya bayangmu namun tetap saja itu indah, serasa nyata hadirmu. Kau ingat saat awal pertemanan kita?? Aku, gadis biasa dan tak istimewa. Sementara kau laki-laki ganteng, pintar dan baik serta dikagumi banyak wanita.
          Maaf jika akhirnya aku baru mengaku sekarang. Mengaku bahwa rasa itu pernah ada, dan masih terjaga. Dulu aku terlalu takut untuk mendekatimu, meski kita teman sekelas. Bukan karena kau sombong, melainkan aku yang terlalu tak percaya diri berinteraksi denganmu. Ya, banyak wanita cantik mengagumi dan berusaha mendekatimu. Tentu saja, aku kalah dibanding mereka hehe...
          Hey, masih ingatkah kau saat kita pernah duduk sebangku?? Entah kenapa hari itu kau memiliih duduk di sebelahku. Selama beberapa jam pelajaran aku hanya diam di sampingmu, dan tanpa kau sadari diam-diam melirik padamu sambil tersenyum. Lama kita saling terdiam, hingga akhirnya kau membuka percakapan di antara kita. Ternyata kau lucu. Oh bahagianya aku. Tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Hari itu jadi memori terindah yang direkam otakku tentang kita.
          Hey, ingatkah kau gosip yang dilontarkan orang-orang kepada kita?? Bahkan wali kelas dan guru kita pun ikut-ikutan. Lucu ya, karena waktu itu kita tak dekat. Hanya karena nama kakak tingkat yang naksir padamu mirip dengan namaku. Meskipun, sekali lagi hatiku bersorak-sorak tak karuan. Sementara di sisi lain, berbagai tatapan mata tak mengenakkan ku terima dari setiap wanita pengagummu. Tak apa, kunikmati saja itu.
          Hingga akhirnya kita pun berpisah di kelas 2. Kau kelas IPA dan aku IPS. Tetap saja, aku berusaha mencuri kesempatan untuk bertemu denganmu, minimal melihatmu. Tiap jam pergantian kelas, aku selalu berharap kelas kita bersebelahan. Sampai-sampai aku menghapal kapan jadwal kelas kita akan bersimpangan, lalu aku akan berjalan terakhir dan perlahan-lahan, berharap bertemu kamu dan menyapamu. Kau ingat kalimat sapaan kita tiap bertemu?? “Kamu lagi kamu lagi. Sekolah ini kayaknya sempit banget ya, tiap saat ketemu kamu terus” sambil tersenyum. Entah kamu atau aku yang menyapa duluan, lalu yang lain akan membalas “iya” sambil tersenyum. Jujur saja, aku tak punya kata lain untuk dikatakan padamu karena otakku terlalu sibuk merekam saat-saat seperti itu.

aku persembahkan hidupku untukmu
telah ku relakan, hatiku padamu
namun kau masih bisu, diam seribu bahasa
dan hati kecilku bicara

          Namun suatu ketika kita bertemu dan aku menyapaku dengan sapaan biasa itu, aku tersadar ada sepasang mata yang memperlihatkan rasa  tak suka pada interaksi kita. Awalnya aku tak menganggap, namun suatu hari aku tersadar dia gadismu. Pantas saja. Setelah itu kau membisikkan satu kalimat ketika kita bertemu.
“Kalau ada cewekku kita gak usah bertegur sapa dulu yaa. Aku gak enak sama dia. Nanti kalo aku jalan sendiri, kita bertegur sapa lagi kayak biasanya”, ucapmu.
          Tahukah kau apa yang kurasakan saat itu?? Ya, sakit. Tapi aku sadar itu hakmu dan haknya. Dan aku menurut saja. Sejak saat itu kudiamkan kau setiap kita bertemu. Meski mulutku sangat ingin menyapamu. Lalu kita hanya saling bertatapan, seakan masing-masing mengerti kondisi itu.

baru kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan
kau buat remuk sluruh hatiku
         
          Entah mungkin kau sudah bosan kudiamkan atau apa, suatu hari saat kau sendiri dan kita bertemu, kau lontarkan sebuah kalimat padaku.
“Kau sombong sekali padaku sekarang”, katamu.
“Sombong gimana?? gak ah. Kan aku hanya menuruti permintaanmu”, jawabku
“Iya, tapi gak mendiamkanku saat aku jalan sendiri kayak gini juga”, balasmu.
“Mata-mata cewekmu kan banyak. Aku takut kalo ntar aku ketahuan menyapaku, dia akan melabrakku hehe...”, candaku.
Kau hanya terdiam mendengar jawabanku.
          Sejak saat itu masing-masing kita tak saling menyapa. Hanya saling bertatap setiap bertemu. Kau dengannya, dan aku dengan hadirnya sosok baru di hatiku. Begitulah, kita menjalani hari masing-masing hingga kelulusan sekolah.

***
Memasuki masa perkuliahan.
          Kita berada dalam 2 kota yang berbeda namun berdekatan. Kau di Jogja dan aku di Solo. Kau kuliah di sebuah universitas ternama di kota itu. Hanya itu kabar terakhir yang ku tahu tentangmu. Kita tak memiliki nomor hp masing-masing. Komunikasi antar kita pun terputus.
          Satu tahun aku menjalani kehidupan sebagai mahasiswi sebuah universitas di kota ini. Ada sosok baru lain yang menggeser posisimu di hatiku. Ya, sejak semester pertama aku telah jatuh hati padanya. Namun aku tak pernah benar-benar melupakanmu. Terkadang aku masih merindukanmu meski tak sesering dulu. Lalu perlahan aku akan membuka memori di otakku. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Aku tak pernah punya fotomu, kecuali yang ada di buku memori SMA kita. Untung saja otakku perekam yang baik.
          Perlahan-lahan kembali ku cari informasi tentangmu. Ku cari akun fbmu dengan mengetikkan nama lengkapmu. i found you, sorakku kegirangan. Ku buka contact di hpku. Oh, selama ini aku tak sadar aku menyimpan nomor hpmu. Aku beranikan diri sms ke nomor itu.
“this is you, Alif??”
(message delivered)
(1 new message) (open)
“ya. maaf, ini siapa ya??”
“this is me, Ifa. Do you remember ?”
“Oh Ifa, apa kabar?? maaf aku dulu tak menyimpan nomormu”
          Dan semenjak saat itu komunikasi kita pun terjalin kembali. Meski dalam beberapa tahun hanya beberapa kali kita berkirim pesan. Hanya saat mengucapkan selamat ulang tahun dan Idul Fitri. Terkadang hanya sesekali menanyakan kabar masing-masing. Selain itu kau hanya beberapa kali mengirimku kalimat-kalimat berisi nasehat. Itu cukup membuatku senang. Selebihnya aku hanya bisa mengecek kabarmu melalui akun Fbmu.
          Kini tiba masa berakhirnya perkuliahan kita masing-masing. Kau sudah lulus mendahuluiku. Dan sekarang kau telah bekerja di Bandung. Jarak demografis antara kita semakin jauh. Kuharap tak begitu dengan hati kita. Setidaknya masing-masing kita masih mengingat satu sama lain.
          Beberapa hari lalu aku ke Jogja, kotamu dulu. Maaf jika aku dulu sering kesana dan tak pernah menghubungimu. Aku tau kau selalu sibuk dengan semua kegiatanmu. Aku hanya tak ingin mengganggumu dengan urusan tak pentingku. Dan hari itu jadi terasa aneh. Jogja tak lagi hangat bagiku. Mungkin karena kau tak lagi disana. Ya, Jogja memang tak lagi menjadi milik kita. Jogja pun belum mengizinkan kita untuk saling bertemu.
          Sekarang aku merinduimu di setiap waktuku. Merindukan pesanmu lewat sms yang selalu bertanya “Kamu udah lulus belum??”. Pertanyaan yang selalu kujawab “Masih dalam proses, doakan secepat mungkin selesai ya”, kataku. Lagi-lagi jawabanmu “aku selalu mendoakanmu. Semoga sukses ya”. Dan kata-katamu itu yang selalu menjadi penyemangatku.
          Kini kau semakin alim. Dan aku semakin mengagumimu. Jujur, kau adalah sosok laki-laki yang aku impikan. Tampan, baik, pintar, dan yang jelas sangat mencintai Tuhan kita. Sosok laki-laki yang ku harapkan dapat menjadi imamku dalam semua aspek kehidupanku. Dan aku tahu, 2 tahun lagi kamu berencana menikah kan?? Meski aku ga pernah tahu apa kau sudah memiliki calon atau belum, aku selalu berharap aku lah yang kau tunggu. Maka dalam 2 tahun ini, ijinkan aku mempersiapkan dan memantaskan diri untuk menjadi wanita yang bisa kau pilih untuk mendampingimu nanti. Semoga nantinya Bandung mengijinkan kita bertemu yaa. Meskipun kita ga pernah tau akhir dari rasa ini, semoga Allah merestui hatiku dan hatimu untuk bersatu. Aamiin J

semoga aku akan memahami sisi hatimu yang beku
semoga akan datang keajaiban hingga kaupun mau

aku mencintaimu lebih dari yang kau tau
meski kau takkan pernah tau
(Pupus-Dewa 19)

#30HariLagukuBercerita

Friday, September 7, 2012

Rindu 450 Kilometer


Dear cinta
Apa kabar kamu?? Baik-baik kan disana??
Maaf ya cinta, aku terlalu sibuk hingga aku lupa untuk rutin menulis surat untukmu
Kau tak marah kan??

Oya, sudahkah kau makan teratur hari ini??
Jangan lupa juga untuk slalu menutupi tubuhmu dengan pakaian hangat yang kuberikan ya
Aku tak mau udara Bandung yang dingin menyakitimu
Tetap jaga kesehatan ya

Cinta
Taukah kamu berapa banyak rindu yang kusimpan untukmu??
Berapa banyak kata-kata indah yang ingin kuucapkan kepadamu??
Sayangnya tak akan cukup jika kutuliskan dalam lembar suratku untukmu ini

Cintaku
Taukah kau, seringkali terbersit keraguan di hatiku
Akankah jarak ratusan kilometer di antara kita masih mampu membungkus rasa??
Masih mampukah kita menjaga hati masing-masing dari segala godaan yang datang??
Masih mampukah kita menjaga detik demi detik waktu yang kita lewati dengan perasaan yang sama??
Masih tetapkah aku menjadi ukiran nama di hatimu ketika kau kembali ke sisiku??

Cintaku
Aku menunggumu
Tak peduli berapa ribu lagi detik yang harus aku hitung
Aku tetap menunggumu

Mungkinkah kita kan slalu bersama
Walau terbentang jarak antara kita
Biarkan ku peluk erat bayangmu
Tuk melepaskan semua kerinduanku

(Mungkinkah – Stinky)
Solo – Bandung 2012

Wednesday, September 5, 2012

Untuk Sebuah Nama


Untuk sebuah nama
kutitipkan rinduku padamu
kuharapkan sebuah doa atas namamu
kutunggu kehadiranmu
walaupun tak pula kau kunjung muncul memperlihatkan rupamu

Untuk sebuah nama
Kuhitung detik demi detik waktu yang ku lalui
hingga aku terlupa
siapa diriku

Untuk sebuah nama
sebuah senyum selalu kusiapkan
hingga engkau datang mengusir kehampaan yang setia menemaniku

Untuk sebuah nama
aku menunggumu...

My Shinestar


Pada akhirnya cinta membungkus rasa. Kuucapkan janji pada diriku sendiri untuk menjagamu dan mendampingimu kapanpun dan bagaimanapun kondisinya. Hey, memangnya siapa aku?? Oh maaf, aku lupa jika aku bukan siapa-siapamu. Aku hanya seseorang yang menyukaimu. Mungkin kau pun tak melihat aku. Tapi aku tetap ingin menjagamu, dengan caraku.
Beribu kali ucapan mereka di sekitarku yang menjelekkanmu, tapi apa peduliku. Bagiku kamu tetap kamu yang mempesonaku.
Apapun yang kau lakukan, baik dan buruk bagiku tetap indah
Tak satupun alasan untuk meninggalkanmu, melupakanmu
Seringkali kau terjatuh. Seringkali pula aku ikut menangis mengiringi jatuhnya buliran-buliran air dari matamu. Maaf jika aku hanya bisa melihatmu dan mendoakan semoga kau baik-baik saja.
Aku slalu Berdiri mendukungmu
Dikala engkau terbang
Dikala engkau jatuh
Sampai mati Ku kan tetap setia
Aku memang bukan siapa-siapamu. Bukan pemilik hatimu, bukan seseorang yang punya arti di hidupmu. Aku hanyalah aku, yang berusaha menjaga hatiku untukmu.

Untuk kamu, yang pernah menjadi bintang hidupku...

#30HariLagukuBercerita
Terinspirasi dari lagu Bintang Hidupku-Ipang