Lagi-lagi
kembali tercengang dengan sebuah tayangan berita. Bukan oleh berita kemiskinan
atau kekerasan yang biasa menghiasai layar kata kita. Tetapi oleh berita
tentang sebuah tempat yang bernama “penjara”. Ya penjara. Sebuah nama yang kita
tahu sebagai tempat mengurung pelaku tindak kriminal untuk menghukum dan
memberikan efek jera kepada mereka. Tempat yang mengekang kebebasan para
penghuninya. Tapi di berita tadi kata “penjara” menjadi begitu menarik di
telinga saya. Mengapa?? Karena di penjara ada bilik untuk bercinta.
Ya,
fakta yang cukup mencengangkan tersebut benar-benar terjadi di sebuah penjara
di Indonesia. Fenomena “penjara mewah” ini bukan terjadi pertama kali ini. Bila
kita ingat, ada beberapa fasilitas mewah yang ditawarkan “kurungan” itu kepada
penghuni-penghuninya yang berasal dari kelas atas. Fasilitas jalan-jalan ke
luar negeri dan nonton pertandingan olah raga (ingat kasus Gayus Tambunan),
fasilitas kamar mewah layaknya hotel bintang 5, spa, dan ruang karaoke (kasus
Arthalyta Suryani). Dan sekarang ada lagi fasilitas yang dinamakan “bilik cinta”
yang disediakan khusus untuk bercinta. Oh my God, apa lagi ini??
Mendengar
namanya saja saya terheran-heran, apalagi fungsinya. Memang tidak dipungkiri,
manusia memiliki kebutuhan biologis yang harus dipenuhi, sama seperti kebutuhan-kebutuhan
lainnya. Dan jika ruangan itu disediakan untuk bercinta para tahanan dengan
pasangannya, itu tidak jadi masalah. Tetapi kalo dengan orang lain/wanita
bayaran?? Bukankah ini akan melegalkan praktek prostitusi di balik jeruji
besi?? Lalu apa bedanya penjara dengan tempat-tempat komersialisasi yang banyak
berceceran di sudut-sudut kota?? Dan ini merupakan kesempatan untuk menarik
untung bagi sipir-sipir penjara.
Mestinya
penjara mampu memberikan pelajaran dan efek jera bagi para tahanan. Tetapi
dengan fasilitas yang begitu mewah dan kebebasan yang dimiliki, khususnya bagi
mereka yang berduit, penjara layaknya sebuah hotel yang siap mereka datangi dan
tinggalkan kapan pun. Belum lagi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di
dalamnya. Praktek prostitusi, jaringan narkoba, membuat penjara berubah dari
kurungan menjadi sarang kejahatan. Ya, tempat yang awalnya sangat ditakuti
berubah menjadi tempat favorit untuk meneruskan kejahatan mereka. Dan lagi-lagi
yang mencengangkan, praktek ini justru didukung polisi/sipir penjara, orang-orang
yang harusnya menegakkan hukum, justru menginjak-injak hukum itu sendiri.
Yah,sudah sering mungkin.
Dan
sekali lagi, fenomena ini membuat kita mengelus dada. Dalam hati sambil
berpikir “fasilitas apa lagi ya selanjutnya??”
No comments:
Post a Comment