Kemarin
saya menonton film GIE. Sebenarnya sudah lebih dari 3 kali saya menonton film
ini. Tapi entah mengapa saya tak pernah bosan menontonnya. Semakin saya
menonton, semakin saya merasa dikritik. Film ini bercerita tentang sosok
seorang mahasiswa bernama Soe Hok Gie yang merupakan keturunan etnis Tionghoa
yang memiliki pikiran kritis. Soe Hok Gie tampil sebagai sosok mahasiswa yang
ingin berjuang membela bangsanya di tengah kondisi keterpurukan masyarakat
Indonesia di bawah pimpinan presiden Soekarno. Dia tidak hanya berjuang melalui
demonstrasi-demonstrasi di jalanan. Namun ia juga menuangkan isi pikirannya ke
dalam bentuk tulisan yang ia kirimkan ke media cetak-media cetak. Melalui
bukunya “Catatan Seorang Demonstran” yang disusun berdasarkan catatan harian
yang ia tulis, kita akan melihat betapa dalam kegelisahannya melihat nasib
bangsa Indonesia pada saat itu. Betapa kritis pemikirannya, dan betapa ia ingin
melihat bangsanya berubah ke arah yang lebih baik. Hal yang terus bertahan
hingga kematian menjemputnya di usia muda (27 tahun). Mungkin kematiannya di
usia muda pun adalah keinginnya, seperti kata yg selalu ia ucapkan yang ia
kutip dari seorang filsuf Yunani “orang yang paling beruntung adalah orang yang
tak pernah dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, yang tersial
adalah mati tua”. Menurut saya, keinginannya tersebut mungkin disebabkan ia tak
tahan melihat penderitaan yang dialami bangsanya.
Berkali-kali
nonton film ini, selalu terlintas hal yang sama di pikiran saya. Betapa
hebatnya seorang Gie. Ia berani mengambil jalan yang berbeda demi
memperjuangkan keadaan yang menurutnya salah. Apakah seperti itu sosok
mahasiswa seharusnya?? Kembali ketika pikiran itu muncul, serasa diriku kembali
dikritik. Dan kembali lagi saya bertanya pada diri sendiri, bagaimanakah
sebenarnya sosok mahasiswa yang ideal?? Apakah mahasiswa yang selalu belajar
tekun untuk mendapatkan nilai yang tinggi?? Apakah mahasiswa yang rajin
mengikuti berbagai macam organisasi di kampus?? Apakah mahasiswa yang rajin
ikut demonstrasi di jalanan?? Atau kombinasi dari kesemuanya?? Lalu apakah saya
sudah bisa benar-benar disebut sebagai mahasiswa?? Pertanyaan-pertanyaan yang
sampai saat ini belum mampu saya jawab secara pasti.
Mungkin
menurut saya, sosok seorang mahasiswa ideal adalah ia yang tak hanya
berprestasi di bidang akademik, namun juga ia yang memiliki rasa tanggung jawab
untuk memajukan masyarakat. Secara singkat, ia adalah seorang mahasiswa yang
tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi juga masyarakat di sekitarnya. Mahasiswa,
kata maha yang terkandung di dalamnya memiliki makna yang dalam.
Mahasiswa, ia bukan lagi siswa yang terus menerus belajar untuk mendapatkan
nilai yang tinggi. Tetapi ia memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap
masyarakatnya. Mahasiswa sering kali dianggap “kaum intelektual” muda, yang
diharapkan memiliki semangat dan pemikiran kemajuan. Selain itu sebutan “Agent
of Change” atau agen perubahan yang melekat pada sosok mahasiswa sesungguhnya
merupakan harapan masyarakat terhadap sosok ini untuk melakukan perubahan nasib
masyarakat ke arah yang lebih baik.
(Ditulis pada 7/12/2011)
No comments:
Post a Comment