Monday, May 7, 2012

Ibu, kasih sayang yang tak lekang oleh waktu



Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua ibu bapakmu; hanya kepada-Ku engkau akan kembali (Q.S. 31:14-15)
Ayat tersebut memerintahkan kepada kita untuk menghormati kedua orang tua, terutama ibu kita. Ibu, kata sederhana namun begitu indah untuk diucapkan. Kata yang membawa wanginya keramahan dan cinta kasih ke dalam jiwa, dan membuat kita merasakan kehangatan dan kemurniannya. Seorang wanita yang telah melahirkan kita ke dunia, lalu merawat kita dengan penuh kasih sayang hingga kita dewasa. Tak mudah menjadi seorang ibu. Dalam masa hamil, ia mengandung kita di perutnya. Rasa berat dan mual yang ia rasakan seakan tak dihiraukannya. Ia tak pernah mengeluh. Ketika sudah 9 bulan 10 hari, ia melahirkan anaknya dengan  mempertaruhkan nyawanya. Setelah itu ia merawat anaknya dengan kasih sayang. Cinta dan kasih sayangnya tanpa syarat.
Namun ketika anaknya telah beranjak dewasa, tak jarang kita mengecewakan bahkan menyakiti hati ibu. Kita berucap dan berperilaku kasar padanya. Tapi lihatlah, ia tak pernah marah. Ketika ia menunjukkan kemarahannya, itu merupakan bentuk kasih sayangnya karena ia ingin kita menyadari kesalahan dan berubah menjadi lebih baik. Andai kita tahu, seorang ibu akan menangis setelah memarahi anaknya.
Begitu besarnya kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Kasih sayangnya tak pernah lekang oleh waktu. Dan tak akan pernah berkurang sedikit pun. Maka tak heran jika ada ungkapan “Surga di telapak kaki ibu”. Sebagai seorang anak, kita wajib menghormati ibu kita. Pernah ada suatu kisah pada zaman dahulu, seorang lelaki datang kepada Nabi seraya berkata, "Wahai Nabi Allah! Tunjuki saya, kepada siapa saya mesti berbuat baik untuk mendapatkan manfaat yang sempurna atas amal kebajikan saya?" Beliau bersabda, "Berbuat baiklah kepada ibumu." Lelaki itu bertanya dua kali lagi, "Dan sesudah beliau?" Nabi menjawab, "Kepada ibumu." Lelaki itu bertanya, "Kepada orang lain siapakah saya mesti berbuat baik pula?" Nabi bersabda, "Kepada ayahmu." Hal ini membuktikan bahwa kedudukan seorang ibu 3 tingkat diatas ayah.
Dalam memuliakan kedudukan ibu, Islam tidak membatasi diri pada nasihat, perintah dan anjuran lisan. Tetapi Islam juga memandang perintah dan larangan ibu sebagai suatu kewajiban untuk dilaksanakan dalam hal-hal tertentu. Misalnya, dalam perkara yang disunnahkan Allah, tetapi berlawanan dengan larangan ibu, maka anak-anak dinasihati untuk menaati larangan ibu mereka.
Apabila seorang anak ingin berpuasa sunnah, atau melakukan perjalanan yang disunnahkan, tetapi ibunya melarangnya, maka wajiblah bagi si anak untuk menaati ibunya. Apabila anak itu melawan kehendak ibunya, maka bukan saja ia tidak memperoleh pahala karena amalnya itu, melainkan ia justru memperoleh dosa dikarenakan penolakannya untuk menaati ibunya.
Perkara lain dimana perintah ibu dihormati sebanding dengan perintah Allah ialah apabila perintah Allah berlawanan dengan larangan ibu, dengan syarat bahwa perbuatan itu tidak termasuk dalam perintah yang wajib seperti shalat fardhu atau puasa Ramadhan. Misalnya dalam masalah jihad, orang yang mampu berperang harus ikut serta dalam pertempuran. Tetapi apabila seorang muda memenuhi semua persyaratan untuk pergi jihad, kecuali bahwa ibunya tidak mengizinkannya pergi (dengan syarat bahwa keabsenannya tidak membahayakan umat Islam), maka ia boleh untuk tidak ikut dalam peperangan semata-mata karena larangan ibunya
Ibu adalah pendidik paling utama bagi setiap anak. Selain itu, ibu adalah sosok yang paling dicintai oleh semua orang dan menjadi panutan mereka, serta pribadi yang didapati di hadapan setiap anak pada saat pertama kali matanya terbuka untuk melihat dunia. Apabila seorang ibu mendidik anaknya dengan baik dan benar, anak-anaknya tersebut akan tumbuh menjadi sosok yang berguna bagi sekitarnya. Begitu mulianya kedudukan seorang ibu, bahkan tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai hari ibu untuk menghormati sosoknya. Pada hari tersebut diadakan berbagai acara peringatan, puisi-puisi ditulis, hadiah-hadiah diberikan kepada para ibu oleh anak-anaknya. Tentu saja hal itu bagus, tetapi tidaklah cukup acara-acara dan pemberian hadiah itu sebagai penghargaan terhadap usaha para ibu. Hal yang lebih penting adalah bagaimana usaha kita untuk selalu menghormati dan berbakti padanya, karena sikap jauh lebih penting daripada sekedar hadiah atau kata. Semoga kita mampu menjadi pribadi-pribadi yang selalu menyayangi dan berbakti kepada kedua orang tua kita.

83 Tahun Sumpah Pemuda, Kemana Pemuda Kita??



Bukan tulisan yang penting, tidak berdasarkan referensi ilmiah. Hanya mencoba menuangkan kerisauan hati pada selembar kertas, dan agar menjadi refleksi terhadap diri sendiri
Hari ini 83 tahun peringatan sumpah pemuda. 83 kali janji sumpah pemuda dikumandangkan. Mungkin kita sudah hafal, bahkan bosan mendengar bunyi kata-katanya. Menilik sebentar sejarah bangsa kita, 83 tahun lalu pemuda-pemuda bangsa kita berkumpul, mengucapkan sumpah yang merupakan bukti nasionalisme dan rasa cinta mereka terhadap bangsa Indonesia. Mari kita bandingkan dengan kondisi pemuda kita sekarang. Jumlah pemuda Indonesia sekarang tak kalah banyak dengan jumlah pemuda saat itu. Malah mungkin jauh lebih banyak. Namun dimana pemuda-pemuda kita di saat kondisi bangsa semakin terpuruk seperti sekarang??
Memang tak dapat dipungkiri peran para pemuda bagi bangsanya. Ketika kita mengingat perisitiwa Reformasi pada Mei 1998, kita ingat saat itu para pemuda kita yang pemberani lah yang berhasil menggulingkan pemerintahan Soeharto setelah berkuasa selama 32 tahun. Bahkan presiden pertama kita, Soekarno pernah berkata “Beri aku 10 pemuda maka aku akan mengoncangkan dunia”. Ini membuktikan betapa luar biasanya peran pemuda. Pemuda selalu diharapkan jadi agent of change, garda terdepan dalam membela rakyatnya. Namun jika kita lihat kondisi pemuda Indonesia sekarang, sangat jauh dari apa yang diharapkan. Para pemuda sekarang justru terlena oleh berbagai kemewahan yang dinikmatinya sehingga mereka lupa dengan peran dan tanggung jawabnya yang sebenarnya.
Dahulu para pemuda memiliki 1 musuh yang sama, yaitu penjajah. Para pemuda bergabung jadi 1 menggalang kekuatan untuk mengusir penjajah dari tanah air tercinta. Namun sekarang para pemuda menghadapi musuh yang berasal dari dirinya sendiri. Kemalasan, sikap apatis, egois dan berbagai hal negatif lain mendera para pemuda. Selain itu para pemuda masih memiliki musuh yang sama, penjajah, namun penjajah yang berasal dari negerinya sendiri. Penjajah yang bersorak gembira di atas penderitaan bangsanya sendiri.
Sejak peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, banyak bermunculan organisasi-organisasi pemuda. Pada awalnya organisasi-organisasi pemuda tersebut memiliki tujuan mulia yang sama, memperjuangkan nasib rakyat Indonesia yang masih terpuruk dalam ketidaksejahteraan. Namun jika kita lihat kondisi organisasi pemuda sekarang, semakin banyak organisasi pemuda yang bermunculan, namun mereka tidak lagi memperjuangkan hal yang sama. Tiap-tiap organisasi berdiri di atas kepentingannya masing-masing. Bahkan tak jarang justru terjadi perseteruan di antara organisasi-organisasi tersebut. Seringkali antar organisasi itu saling menjatuhkan satu sama lain. Lalu untuk apa mereka ada?? Nasib rakyat yang mana yang ingin mereka perjuangkan jika mereka sibuk untuk saling menjatuhkan satu sama lain??
Terkadang muncul dalam benak ini, kenapa organisasi-organisasi pemuda tersebut tidak bergabung jadi 1 saja, lalu bersama-sama berjuang dengan cara yang sama untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat??tidak peduli berbeda suku, agama, ras, partai, atau apapun, tapi kita tetap merupakan pemuda Indonesia, yang punya tanggung jawab untuk memperjuangkan nasib rakyat Indonesia. Masa depan bangsa ini nantinya ada di tangan kita. Kalau bukan kita sendiri yang merubah nasib bangsa kita, lalu siapa lagi?? Majulah pemuda Indonesia.
(ditulis pada 28 Okt 2011)