Monday, September 10, 2012

Cinta Tak Terkata

Aku tak mengerti, apa yang kurasa
rindu yang tak pernah begitu hebatnya
aku mencintaimu lebih dari yang kau tau
meski kau takkan pernah tau
         
          Aku terdiam duduk lesu di kamar kosku. Kau tak membalas chatku. Membacanya pun mungkin tidak. Entah tidak ingin, atau tidak sempat. Meskipun aku tetap berusaha berpositive thinking padamu. Rasanya sekali lagi, aku berharap terlalu jauh padamu. Nyatanya kita hanya teman.
         Folder dalam otakku masih menyimpan rapi ingatan tentang sosokmu. 7,5 tahun aku mengenalmu. 7,5 tahun aku mengagumimu. 7,5 tahun aku memendam rasa untukmu. Meski sempat 5 tahun rasa itu beralih kepada 2 sosok selainmu. Tapi nyatanya rasa itu tak pernah benar-benar hilang. Ia hanya bersembunyi di ruang lain hatiku.
          Dan entah kenapa akhir-akhir ini bayanganmu menjadi lebih setia menemaniku. Menyelinap dalam sepiku dan diam-diam menguatkanku di saat aku sedih. Meskipun hanya bayangmu namun tetap saja itu indah, serasa nyata hadirmu. Kau ingat saat awal pertemanan kita?? Aku, gadis biasa dan tak istimewa. Sementara kau laki-laki ganteng, pintar dan baik serta dikagumi banyak wanita.
          Maaf jika akhirnya aku baru mengaku sekarang. Mengaku bahwa rasa itu pernah ada, dan masih terjaga. Dulu aku terlalu takut untuk mendekatimu, meski kita teman sekelas. Bukan karena kau sombong, melainkan aku yang terlalu tak percaya diri berinteraksi denganmu. Ya, banyak wanita cantik mengagumi dan berusaha mendekatimu. Tentu saja, aku kalah dibanding mereka hehe...
          Hey, masih ingatkah kau saat kita pernah duduk sebangku?? Entah kenapa hari itu kau memiliih duduk di sebelahku. Selama beberapa jam pelajaran aku hanya diam di sampingmu, dan tanpa kau sadari diam-diam melirik padamu sambil tersenyum. Lama kita saling terdiam, hingga akhirnya kau membuka percakapan di antara kita. Ternyata kau lucu. Oh bahagianya aku. Tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Hari itu jadi memori terindah yang direkam otakku tentang kita.
          Hey, ingatkah kau gosip yang dilontarkan orang-orang kepada kita?? Bahkan wali kelas dan guru kita pun ikut-ikutan. Lucu ya, karena waktu itu kita tak dekat. Hanya karena nama kakak tingkat yang naksir padamu mirip dengan namaku. Meskipun, sekali lagi hatiku bersorak-sorak tak karuan. Sementara di sisi lain, berbagai tatapan mata tak mengenakkan ku terima dari setiap wanita pengagummu. Tak apa, kunikmati saja itu.
          Hingga akhirnya kita pun berpisah di kelas 2. Kau kelas IPA dan aku IPS. Tetap saja, aku berusaha mencuri kesempatan untuk bertemu denganmu, minimal melihatmu. Tiap jam pergantian kelas, aku selalu berharap kelas kita bersebelahan. Sampai-sampai aku menghapal kapan jadwal kelas kita akan bersimpangan, lalu aku akan berjalan terakhir dan perlahan-lahan, berharap bertemu kamu dan menyapamu. Kau ingat kalimat sapaan kita tiap bertemu?? “Kamu lagi kamu lagi. Sekolah ini kayaknya sempit banget ya, tiap saat ketemu kamu terus” sambil tersenyum. Entah kamu atau aku yang menyapa duluan, lalu yang lain akan membalas “iya” sambil tersenyum. Jujur saja, aku tak punya kata lain untuk dikatakan padamu karena otakku terlalu sibuk merekam saat-saat seperti itu.

aku persembahkan hidupku untukmu
telah ku relakan, hatiku padamu
namun kau masih bisu, diam seribu bahasa
dan hati kecilku bicara

          Namun suatu ketika kita bertemu dan aku menyapaku dengan sapaan biasa itu, aku tersadar ada sepasang mata yang memperlihatkan rasa  tak suka pada interaksi kita. Awalnya aku tak menganggap, namun suatu hari aku tersadar dia gadismu. Pantas saja. Setelah itu kau membisikkan satu kalimat ketika kita bertemu.
“Kalau ada cewekku kita gak usah bertegur sapa dulu yaa. Aku gak enak sama dia. Nanti kalo aku jalan sendiri, kita bertegur sapa lagi kayak biasanya”, ucapmu.
          Tahukah kau apa yang kurasakan saat itu?? Ya, sakit. Tapi aku sadar itu hakmu dan haknya. Dan aku menurut saja. Sejak saat itu kudiamkan kau setiap kita bertemu. Meski mulutku sangat ingin menyapamu. Lalu kita hanya saling bertatapan, seakan masing-masing mengerti kondisi itu.

baru kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan
kau buat remuk sluruh hatiku
         
          Entah mungkin kau sudah bosan kudiamkan atau apa, suatu hari saat kau sendiri dan kita bertemu, kau lontarkan sebuah kalimat padaku.
“Kau sombong sekali padaku sekarang”, katamu.
“Sombong gimana?? gak ah. Kan aku hanya menuruti permintaanmu”, jawabku
“Iya, tapi gak mendiamkanku saat aku jalan sendiri kayak gini juga”, balasmu.
“Mata-mata cewekmu kan banyak. Aku takut kalo ntar aku ketahuan menyapaku, dia akan melabrakku hehe...”, candaku.
Kau hanya terdiam mendengar jawabanku.
          Sejak saat itu masing-masing kita tak saling menyapa. Hanya saling bertatap setiap bertemu. Kau dengannya, dan aku dengan hadirnya sosok baru di hatiku. Begitulah, kita menjalani hari masing-masing hingga kelulusan sekolah.

***
Memasuki masa perkuliahan.
          Kita berada dalam 2 kota yang berbeda namun berdekatan. Kau di Jogja dan aku di Solo. Kau kuliah di sebuah universitas ternama di kota itu. Hanya itu kabar terakhir yang ku tahu tentangmu. Kita tak memiliki nomor hp masing-masing. Komunikasi antar kita pun terputus.
          Satu tahun aku menjalani kehidupan sebagai mahasiswi sebuah universitas di kota ini. Ada sosok baru lain yang menggeser posisimu di hatiku. Ya, sejak semester pertama aku telah jatuh hati padanya. Namun aku tak pernah benar-benar melupakanmu. Terkadang aku masih merindukanmu meski tak sesering dulu. Lalu perlahan aku akan membuka memori di otakku. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Aku tak pernah punya fotomu, kecuali yang ada di buku memori SMA kita. Untung saja otakku perekam yang baik.
          Perlahan-lahan kembali ku cari informasi tentangmu. Ku cari akun fbmu dengan mengetikkan nama lengkapmu. i found you, sorakku kegirangan. Ku buka contact di hpku. Oh, selama ini aku tak sadar aku menyimpan nomor hpmu. Aku beranikan diri sms ke nomor itu.
“this is you, Alif??”
(message delivered)
(1 new message) (open)
“ya. maaf, ini siapa ya??”
“this is me, Ifa. Do you remember ?”
“Oh Ifa, apa kabar?? maaf aku dulu tak menyimpan nomormu”
          Dan semenjak saat itu komunikasi kita pun terjalin kembali. Meski dalam beberapa tahun hanya beberapa kali kita berkirim pesan. Hanya saat mengucapkan selamat ulang tahun dan Idul Fitri. Terkadang hanya sesekali menanyakan kabar masing-masing. Selain itu kau hanya beberapa kali mengirimku kalimat-kalimat berisi nasehat. Itu cukup membuatku senang. Selebihnya aku hanya bisa mengecek kabarmu melalui akun Fbmu.
          Kini tiba masa berakhirnya perkuliahan kita masing-masing. Kau sudah lulus mendahuluiku. Dan sekarang kau telah bekerja di Bandung. Jarak demografis antara kita semakin jauh. Kuharap tak begitu dengan hati kita. Setidaknya masing-masing kita masih mengingat satu sama lain.
          Beberapa hari lalu aku ke Jogja, kotamu dulu. Maaf jika aku dulu sering kesana dan tak pernah menghubungimu. Aku tau kau selalu sibuk dengan semua kegiatanmu. Aku hanya tak ingin mengganggumu dengan urusan tak pentingku. Dan hari itu jadi terasa aneh. Jogja tak lagi hangat bagiku. Mungkin karena kau tak lagi disana. Ya, Jogja memang tak lagi menjadi milik kita. Jogja pun belum mengizinkan kita untuk saling bertemu.
          Sekarang aku merinduimu di setiap waktuku. Merindukan pesanmu lewat sms yang selalu bertanya “Kamu udah lulus belum??”. Pertanyaan yang selalu kujawab “Masih dalam proses, doakan secepat mungkin selesai ya”, kataku. Lagi-lagi jawabanmu “aku selalu mendoakanmu. Semoga sukses ya”. Dan kata-katamu itu yang selalu menjadi penyemangatku.
          Kini kau semakin alim. Dan aku semakin mengagumimu. Jujur, kau adalah sosok laki-laki yang aku impikan. Tampan, baik, pintar, dan yang jelas sangat mencintai Tuhan kita. Sosok laki-laki yang ku harapkan dapat menjadi imamku dalam semua aspek kehidupanku. Dan aku tahu, 2 tahun lagi kamu berencana menikah kan?? Meski aku ga pernah tahu apa kau sudah memiliki calon atau belum, aku selalu berharap aku lah yang kau tunggu. Maka dalam 2 tahun ini, ijinkan aku mempersiapkan dan memantaskan diri untuk menjadi wanita yang bisa kau pilih untuk mendampingimu nanti. Semoga nantinya Bandung mengijinkan kita bertemu yaa. Meskipun kita ga pernah tau akhir dari rasa ini, semoga Allah merestui hatiku dan hatimu untuk bersatu. Aamiin J

semoga aku akan memahami sisi hatimu yang beku
semoga akan datang keajaiban hingga kaupun mau

aku mencintaimu lebih dari yang kau tau
meski kau takkan pernah tau
(Pupus-Dewa 19)

#30HariLagukuBercerita

No comments:

Post a Comment