Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada dua ibu bapakmu; hanya kepada-Ku engkau akan kembali (Q.S. 31:14-15)
Ayat tersebut memerintahkan kepada
kita untuk menghormati kedua orang tua, terutama ibu kita. Ibu, kata sederhana
namun begitu indah untuk diucapkan. Kata yang membawa wanginya keramahan dan
cinta kasih ke dalam jiwa, dan membuat kita merasakan kehangatan dan
kemurniannya. Seorang wanita yang telah melahirkan kita ke dunia, lalu merawat
kita dengan penuh kasih sayang hingga kita dewasa. Tak mudah menjadi seorang
ibu. Dalam masa hamil, ia mengandung kita di perutnya. Rasa berat dan mual yang
ia rasakan seakan tak dihiraukannya. Ia tak pernah mengeluh. Ketika sudah 9
bulan 10 hari, ia melahirkan anaknya dengan
mempertaruhkan nyawanya. Setelah itu ia merawat anaknya dengan kasih
sayang. Cinta dan kasih sayangnya tanpa syarat.
Namun ketika anaknya telah beranjak
dewasa, tak jarang kita mengecewakan bahkan menyakiti hati ibu. Kita berucap
dan berperilaku kasar padanya. Tapi lihatlah, ia tak pernah marah. Ketika ia
menunjukkan kemarahannya, itu merupakan bentuk kasih sayangnya karena ia ingin
kita menyadari kesalahan dan berubah menjadi lebih baik. Andai kita tahu,
seorang ibu akan menangis setelah memarahi anaknya.
Begitu besarnya kasih sayang
seorang ibu kepada anaknya. Kasih sayangnya tak pernah lekang oleh waktu. Dan
tak akan pernah berkurang sedikit pun. Maka tak heran jika ada ungkapan “Surga
di telapak kaki ibu”. Sebagai seorang anak, kita wajib menghormati ibu kita.
Pernah ada suatu kisah pada zaman dahulu, seorang lelaki datang kepada Nabi
seraya berkata, "Wahai Nabi Allah! Tunjuki saya, kepada siapa saya mesti
berbuat baik untuk mendapatkan manfaat yang sempurna atas amal kebajikan
saya?" Beliau bersabda, "Berbuat baiklah kepada ibumu."
Lelaki itu bertanya dua kali lagi, "Dan sesudah beliau?" Nabi
menjawab, "Kepada ibumu." Lelaki itu bertanya, "Kepada orang
lain siapakah saya mesti berbuat baik pula?" Nabi bersabda, "Kepada
ayahmu." Hal ini membuktikan bahwa kedudukan seorang ibu 3 tingkat diatas
ayah.
Dalam memuliakan kedudukan ibu,
Islam tidak membatasi diri pada nasihat, perintah dan anjuran lisan. Tetapi
Islam juga memandang perintah dan larangan ibu sebagai suatu kewajiban untuk
dilaksanakan dalam hal-hal tertentu. Misalnya, dalam perkara yang disunnahkan
Allah, tetapi berlawanan dengan larangan ibu, maka anak-anak dinasihati untuk
menaati larangan ibu mereka.
Apabila seorang anak ingin berpuasa
sunnah, atau melakukan perjalanan yang disunnahkan, tetapi ibunya melarangnya,
maka wajiblah bagi si anak untuk menaati ibunya. Apabila anak itu melawan
kehendak ibunya, maka bukan saja ia tidak memperoleh pahala karena amalnya itu,
melainkan ia justru memperoleh dosa dikarenakan penolakannya untuk menaati
ibunya.
Perkara lain dimana perintah ibu
dihormati sebanding dengan perintah Allah ialah apabila perintah Allah
berlawanan dengan larangan ibu, dengan syarat bahwa perbuatan itu tidak
termasuk dalam perintah yang wajib seperti shalat fardhu atau puasa Ramadhan.
Misalnya dalam masalah jihad, orang yang mampu berperang harus ikut serta dalam
pertempuran. Tetapi apabila seorang muda memenuhi semua persyaratan untuk pergi
jihad, kecuali bahwa ibunya tidak mengizinkannya pergi (dengan syarat bahwa
keabsenannya tidak membahayakan umat Islam), maka ia boleh untuk tidak ikut
dalam peperangan semata-mata karena larangan ibunya
Ibu adalah pendidik paling utama
bagi setiap anak. Selain itu, ibu adalah sosok yang paling dicintai oleh semua
orang dan menjadi panutan mereka, serta pribadi yang didapati di hadapan setiap
anak pada saat pertama kali matanya terbuka untuk melihat dunia. Apabila
seorang ibu mendidik anaknya dengan baik dan benar, anak-anaknya tersebut akan
tumbuh menjadi sosok yang berguna bagi sekitarnya. Begitu mulianya kedudukan
seorang ibu, bahkan tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai hari ibu untuk
menghormati sosoknya. Pada hari tersebut diadakan berbagai acara peringatan,
puisi-puisi ditulis, hadiah-hadiah diberikan kepada para ibu oleh anak-anaknya.
Tentu saja hal itu bagus, tetapi tidaklah cukup acara-acara dan pemberian
hadiah itu sebagai penghargaan terhadap usaha para ibu. Hal yang lebih penting
adalah bagaimana usaha kita untuk selalu menghormati dan berbakti padanya,
karena sikap jauh lebih penting daripada sekedar hadiah atau kata. Semoga kita
mampu menjadi pribadi-pribadi yang selalu menyayangi dan berbakti kepada kedua
orang tua kita.
No comments:
Post a Comment