Aku tak mengerti, apa
yang kurasa
rindu yang tak pernah begitu hebatnya
aku mencintaimu lebih dari yang kau tau
meski kau takkan pernah tau
Aku terdiam duduk lesu di kamar kosku.
Kau tak membalas chatku. Membacanya pun mungkin tidak. Entah tidak ingin, atau
tidak sempat. Meskipun aku tetap berusaha berpositive thinking padamu. Rasanya
sekali lagi, aku berharap terlalu jauh padamu. Nyatanya kita hanya teman.
Folder dalam otakku masih menyimpan
rapi ingatan tentang sosokmu. 7,5 tahun aku mengenalmu. 7,5 tahun aku
mengagumimu. 7,5 tahun aku memendam rasa untukmu. Meski sempat 5 tahun rasa itu
beralih kepada 2 sosok selainmu. Tapi nyatanya rasa itu tak pernah benar-benar
hilang. Ia hanya bersembunyi di ruang lain hatiku.
Dan entah kenapa akhir-akhir ini
bayanganmu menjadi lebih setia menemaniku. Menyelinap dalam sepiku dan
diam-diam menguatkanku di saat aku sedih. Meskipun hanya bayangmu namun tetap
saja itu indah, serasa nyata hadirmu. Kau ingat saat awal pertemanan kita??
Aku, gadis biasa dan tak istimewa. Sementara kau laki-laki ganteng, pintar dan
baik serta dikagumi banyak wanita.
Maaf jika akhirnya aku baru mengaku
sekarang. Mengaku bahwa rasa itu pernah ada, dan masih terjaga. Dulu aku
terlalu takut untuk mendekatimu, meski kita teman sekelas. Bukan karena kau
sombong, melainkan aku yang terlalu tak percaya diri berinteraksi denganmu. Ya,
banyak wanita cantik mengagumi dan berusaha mendekatimu. Tentu saja, aku kalah
dibanding mereka hehe...
Hey, masih ingatkah kau saat kita
pernah duduk sebangku?? Entah kenapa hari itu kau memiliih duduk di sebelahku.
Selama beberapa jam pelajaran aku hanya diam di sampingmu, dan tanpa kau sadari
diam-diam melirik padamu sambil tersenyum. Lama kita saling terdiam, hingga
akhirnya kau membuka percakapan di antara kita. Ternyata kau lucu. Oh
bahagianya aku. Tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Hari itu jadi memori
terindah yang direkam otakku tentang kita.
Hey, ingatkah kau gosip yang
dilontarkan orang-orang kepada kita?? Bahkan wali kelas dan guru kita pun
ikut-ikutan. Lucu ya, karena waktu itu kita tak dekat. Hanya karena nama kakak
tingkat yang naksir padamu mirip dengan namaku. Meskipun, sekali lagi hatiku
bersorak-sorak tak karuan. Sementara di sisi lain, berbagai tatapan mata tak
mengenakkan ku terima dari setiap wanita pengagummu. Tak apa, kunikmati saja
itu.
Hingga akhirnya kita pun berpisah di
kelas 2. Kau kelas IPA dan aku IPS. Tetap saja, aku berusaha mencuri kesempatan
untuk bertemu denganmu, minimal melihatmu. Tiap jam pergantian kelas, aku
selalu berharap kelas kita bersebelahan. Sampai-sampai aku menghapal kapan
jadwal kelas kita akan bersimpangan, lalu aku akan berjalan terakhir dan
perlahan-lahan, berharap bertemu kamu dan menyapamu. Kau ingat kalimat sapaan
kita tiap bertemu?? “Kamu lagi kamu lagi. Sekolah ini kayaknya sempit banget
ya, tiap saat ketemu kamu terus” sambil tersenyum. Entah kamu atau aku yang
menyapa duluan, lalu yang lain akan membalas “iya” sambil tersenyum. Jujur
saja, aku tak punya kata lain untuk dikatakan padamu karena otakku terlalu
sibuk merekam saat-saat seperti itu.
aku
persembahkan hidupku untukmu
telah
ku relakan, hatiku padamu
namun
kau masih bisu, diam seribu bahasa
dan
hati kecilku bicara
Namun suatu ketika kita bertemu dan
aku menyapaku dengan sapaan biasa itu, aku tersadar ada sepasang mata yang
memperlihatkan rasa tak suka pada
interaksi kita. Awalnya aku tak menganggap, namun suatu hari aku tersadar dia
gadismu. Pantas saja. Setelah itu kau membisikkan satu kalimat ketika kita bertemu.
“Kalau
ada cewekku kita gak usah bertegur sapa dulu yaa. Aku gak enak sama dia. Nanti
kalo aku jalan sendiri, kita bertegur sapa lagi kayak biasanya”, ucapmu.
Tahukah kau apa yang kurasakan saat
itu?? Ya, sakit. Tapi aku sadar itu hakmu dan haknya. Dan aku menurut saja.
Sejak saat itu kudiamkan kau setiap kita bertemu. Meski mulutku sangat ingin
menyapamu. Lalu kita hanya saling bertatapan, seakan masing-masing mengerti
kondisi itu.
baru
kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan
kau
buat remuk sluruh hatiku
Entah mungkin kau sudah bosan
kudiamkan atau apa, suatu hari saat kau sendiri dan kita bertemu, kau lontarkan
sebuah kalimat padaku.
“Kau
sombong sekali padaku sekarang”, katamu.
“Sombong
gimana?? gak ah. Kan aku hanya menuruti permintaanmu”, jawabku
“Iya,
tapi gak mendiamkanku saat aku jalan sendiri kayak gini juga”, balasmu.
“Mata-mata
cewekmu kan banyak. Aku takut kalo ntar aku ketahuan menyapaku, dia akan
melabrakku hehe...”, candaku.
Kau
hanya terdiam mendengar jawabanku.
Sejak saat itu masing-masing kita tak
saling menyapa. Hanya saling bertatap setiap bertemu. Kau dengannya, dan aku
dengan hadirnya sosok baru di hatiku. Begitulah, kita menjalani hari
masing-masing hingga kelulusan sekolah.
***
Memasuki
masa perkuliahan.
Kita berada dalam 2 kota yang berbeda
namun berdekatan. Kau di Jogja dan aku di Solo. Kau kuliah di sebuah
universitas ternama di kota itu. Hanya itu kabar terakhir yang ku tahu
tentangmu. Kita tak memiliki nomor hp masing-masing. Komunikasi antar kita pun
terputus.
Satu tahun aku menjalani kehidupan
sebagai mahasiswi sebuah universitas di kota ini. Ada sosok baru lain yang
menggeser posisimu di hatiku. Ya, sejak semester pertama aku telah jatuh hati
padanya. Namun aku tak pernah benar-benar melupakanmu. Terkadang aku masih
merindukanmu meski tak sesering dulu. Lalu perlahan aku akan membuka memori di
otakku. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Aku tak pernah punya fotomu, kecuali
yang ada di buku memori SMA kita. Untung saja otakku perekam yang baik.
Perlahan-lahan kembali ku cari
informasi tentangmu. Ku cari akun fbmu dengan mengetikkan nama lengkapmu. i
found you, sorakku kegirangan. Ku buka contact di hpku. Oh, selama
ini aku tak sadar aku menyimpan nomor hpmu. Aku beranikan diri sms ke nomor
itu.
“this
is you, Alif??”
(message
delivered)
(1
new message) (open)
“ya.
maaf, ini siapa ya??”
“this
is me, Ifa. Do you remember ?”
“Oh
Ifa, apa kabar?? maaf aku dulu tak menyimpan nomormu”
Dan semenjak saat itu komunikasi kita
pun terjalin kembali. Meski dalam beberapa tahun hanya beberapa kali kita
berkirim pesan. Hanya saat mengucapkan selamat ulang tahun dan Idul Fitri.
Terkadang hanya sesekali menanyakan kabar masing-masing. Selain itu kau hanya
beberapa kali mengirimku kalimat-kalimat berisi nasehat. Itu cukup membuatku
senang. Selebihnya aku hanya bisa mengecek kabarmu melalui akun Fbmu.
Kini tiba masa berakhirnya perkuliahan
kita masing-masing. Kau sudah lulus mendahuluiku. Dan sekarang kau telah
bekerja di Bandung. Jarak demografis antara kita semakin jauh. Kuharap tak
begitu dengan hati kita. Setidaknya masing-masing kita masih mengingat satu
sama lain.
Beberapa hari lalu aku ke Jogja, kotamu
dulu. Maaf jika aku dulu sering kesana dan tak pernah menghubungimu. Aku tau
kau selalu sibuk dengan semua kegiatanmu. Aku hanya tak ingin mengganggumu
dengan urusan tak pentingku. Dan hari itu jadi terasa aneh. Jogja tak lagi
hangat bagiku. Mungkin karena kau tak lagi disana. Ya, Jogja memang tak lagi
menjadi milik kita. Jogja pun belum mengizinkan kita untuk saling bertemu.
Sekarang aku merinduimu di setiap
waktuku. Merindukan pesanmu lewat sms yang selalu bertanya “Kamu udah lulus
belum??”. Pertanyaan yang selalu kujawab “Masih dalam proses, doakan secepat
mungkin selesai ya”, kataku. Lagi-lagi jawabanmu “aku selalu mendoakanmu.
Semoga sukses ya”. Dan kata-katamu itu yang selalu menjadi penyemangatku.
Kini kau semakin alim. Dan aku semakin
mengagumimu. Jujur, kau adalah sosok laki-laki yang aku impikan. Tampan, baik,
pintar, dan yang jelas sangat mencintai Tuhan kita. Sosok laki-laki yang ku
harapkan dapat menjadi imamku dalam semua aspek kehidupanku. Dan aku tahu, 2
tahun lagi kamu berencana menikah kan?? Meski aku ga pernah tahu apa kau sudah
memiliki calon atau belum, aku selalu berharap aku lah yang kau tunggu. Maka
dalam 2 tahun ini, ijinkan aku mempersiapkan dan memantaskan diri untuk menjadi
wanita yang bisa kau pilih untuk mendampingimu nanti. Semoga nantinya Bandung
mengijinkan kita bertemu yaa. Meskipun kita ga pernah tau akhir dari rasa ini,
semoga Allah merestui hatiku dan hatimu untuk bersatu. Aamiin J
semoga aku akan memahami sisi hatimu yang beku
semoga akan datang keajaiban hingga kaupun mau
aku mencintaimu lebih dari yang kau tau
meski kau takkan pernah tau
(Pupus-Dewa 19)
#30HariLagukuBercerita