Friday, August 3, 2012

Pelangi di Senyummu


Sore ini aku pergi ke sebuah panti asuhan di kota ini bersama teman-temanku. Ya, kami memang ada agenda organisasi untuk buka bersama mahasiswa baru dan anak-anak panti asuhan tersebut serta memberi sedikit bantuan untuk mereka. Ramadhan adalah saat yang mulia untuk berbagi, pikir kami.
          Pukul 15.30, aku dan seorang teman sampai disana. Telat sedikit, pikirku. Tak apalah, belum saatnya berbuka. Dan dengan pedenya aku masuk ke panti itu, di tengah-tengah mereka yang sudah berkumpul. Aku duduk. Dan tiba-tiba pandanganku langsung tertuju pada seorang gadis kecil yang duduk tidak jauh dari tempatku. Manis, batinku. Diam-diam ku dekati gadis kecil itu.
“Namanya siapa dek?”, tanyaku.
“Agita mbak”, jawabnya singkat.
“Umur berapa?”, tanyaku lagi.
“Dia masih 8 tahun mbak, masih kelas 3”, jawab seorang anak perempuan yang duduk di sebelahnya.
Aku terhenyak. Dia masih sekecil itu? pekikku dalam hati. Gadis sekecil itu sudah ditinggal pergi orang tuanya. Entah mereka pergi secara fisik atau ada suatu alasan lain. Benar-benar kasihan dia, batinku dalam hati.
Waktu berbuka pun tiba.
“Adek nggak makan?”, tanyaku pada gadis kecil itu lagi tatkala ia hanya diam memandangi makanannya.
“Nanti mbak”, jawabnya sambil tersenyum.
“Mau mbak suapin?”, aku menawarkan diri.
“Nggak usah mbak, aku makan sendiri, tapi nanti aja”, jawabnya ramah dan kembali tersenyum.
Oh, manisnya. Entah kenapa aku merasa senyumnya sangat tulus. Seakan menyembunyikan kesedihan dan penderitaan yang ia jalani sejak kecil.
Acara buka bersama dan berbagi itu berakhir. Ku ambil sebuah bingkisan yang memang sudah kami siapkan untuk dibagikan kepada anak-anak penghuni panti itu.
“Dek Agita, sini”, panggilku
Gadis kecil berkerudung itu berlari ke arahku.
“Ada apa mbak?”, tanyanya sambil menatapku
“ Ini ada hadiah buat adek yang cantik”, jawabku.
“Apa ini?”, tanyanya dengan muka penasaran sambil buru-buru membuka bungkusan itu.
“Terima kasih mbak”, katanya. Matanya yang berkaca-kaca menatapku lembut. Sementara tangannya mengeluarkan satu set peralatan sekolah.
“Sama-sama. Tapi adek harus janji ya, harus rajin belajar biar pintar”, pintaku.
“Pasti, aku pasti rajin belajar untuk mengejar cita-citaku”, jawabnya optimis.
Aku tersenyum sambil kuusap-usap kepalanya.

Acara pun berakhir. Kami berpamitan kepada seluruh penghuni panti.
“Mbak, tunggu”. Sebuah teriakan kecil memanggilku. Aku menoleh.
“Mbak jangan lupain aku yaa”, pinta gadis kecil itu.
“Nggak bakalan dek, moga mbak bisa kesini lagi yaa”, ucapku seraya berpamitan padanya.
          Perlahan-lahan kami pergi. Tapi wajah gadis itu dan senyumnya tak pernah pergi dari ingatanku. Ada pelangi di senyummu dek J


Solo, 22 Agustus 2010

No comments:

Post a Comment