Barangkali harapan ini hanya semacam doa yang
memeluk kehampaan sebagai kamu. Tapi, biarlah. Sesekali waktu perlu mengajariku
cara tercepat meninggalkan masa silam meski aku tak yakin kamu akan “hilang”
begitu saja di masa depanku.
Kadang
setiap merindumu aku menegarkan hati dengan merapal mantra “semoga”, dan
berharap mantra itu mustajab untuk mengembalikan “yang pergi” dan memulangkan “yang
lupa”. Walaupun setiap mataku membuka kamu tetap pergi dan tetap lupa kembali.
(Dari
buku “Sepatu Dahlan”)
No comments:
Post a Comment