Kembali
miris ketika melihat tayangan sebuah berita di salah satu stasiun tv. Lagi-lagi
soal kemiskinan. Sebuah masalah klasik yang masih belum terselesaikan sampai
sekarang. PR yang selalu jd PR. Hampir setiap hari fenomena kemiskinan menghiasi
layar kaca dengan berbagai bentuknya. Mulai dari tindakan kriminal yang
disebabkan kemiskinan, tindakan bunuh diri karena tidak tahan himpitan ekonomi,
dan berbagai bentuk kemiskinan yang pada akhirnya kembali membuat kita mengelus
dada.
Dan
kembali hari ini hati menangis melihat sebuah berita di tv. Di sebuah pasar di
ibukota yang menjual berbagai bahan makanan yang sudah BUSUK dan BERJAMUR
dengan separuh harga. Dan dapat kita tebak, pembelinya adalah ORANG MISKIN. Ya,
orang miskin yang notabene pengahsilannya terbatas. Mereka rela membeli makanan
yang jelas-jelas sama sekali tidak sehat dan membahayakan tersebut, hanya demi
bisa menyelamatkan perut mereka dari rasa lapar. Apa rakyat miskin hanya berhak
makan makanan yang beracun?? Miris?? Iya. Kita miskin di negeri yang kaya.
Mungkin memang hal yang biasa kita lihat, tapi tetap saja hal ini mengoyak
nurani.
Dari tahun ke tahun, jumlah
kemiskinan di Indonesia terus saja meningkat. Kita lihat data yang dikumpulkan
ADB (Asian Development Bank), pada tahun 2010 saja angka kemiskinan di
Indonesia mencapai 43,1 juta (www.tribunnews.com).
Sebuah angka yang cukup mencengangkan untuk negeri yang memiliki sumber daya
alam melimpah ruah. Meskipun jumlah itu mendapat sanggahan dari pemerintah
dengan mengatakan pendapatan perkapita masyarakat mengalami kenaikan. Tapi
kenyataan yang ada di lapangan mengatakan lain. Bagi saya, itu cukup
menunjukkan kenaikan kekayaan sebagian yang kaya saja. Dalam arti lain, yang
kaya bertambah kaya, yang miskin semakin terjerumus dalam kemiskinannya.
Tak
hanya masalah pangan, sandang, dan papan (kebutuhan primer) yang terbatas bagi
mereka, tapi juga kebutuhan akan pendidikan. Dalam otak saya berkecamuk
pikiran, bagaimana nantinya mereka akan mampu mengubah nasib dan kehidupan
mereka, jika mereka saja tidak memiliki ketrampilan dan pendidikan?? Mungkin memang
ada beberapa orang yang berhasil keluar dari jerat kemiskinan dengan
ketekunannya. Tapi bagaimana dengan yang lain??
Lagi-lagi
ada semacam pertanyaan besar yang mengusik. Lalu dimana peran pemerintah kita??
bukankah pemerintah berperan dalam memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa?? Bukannya bermaksud menyalahkan dan menimpakan
seluruh tanggung jawab kepada pemerintah, tetapi memang pemerintahlah yang
paling bertanggung jawab terhadap kehidupan rakyatnya. Minimal menyediakan
sarana untuk mencapai hal tersebut. Belum lagi melihat tingkah para pemimpin-pemimpin
kita yang seolah lupa bahwa mereka memiliki rakyat yang harus mereka
sejahterakan. Para wakil rakyat di pemerintahan pun tak kalah membuat sakit
hati. Mereka bersenang-senang di atas penderitaan rakyat. Di saat rakyat
kebingungan memikirkan “bagaimana caranya besok aku bisa makan dan bertahan
hidup”, justru mereka sibuk memikirkan “bagaimana caranya gajiku naik dan
menghabiskan uang rakyat”. Belum lagi masih banyak tingkah mereka yang makin
mengiris-iris batin rakyat.
Lalu
pada siapa lagi kah rakyat harus percaya dan menggantungkan harapan?? Nanti pun
tahun 2014 ketika diadakan Pemilu presiden, masih kah ada sosok yang bisa
merubah stereotip rakyat bahwa pemimpin adalah seorang pembohong yang harus
ditentang dan digulingkan?? Masihkah ada sosok yang mampu membuktikan
ucapannya, tak hanya memberikan janji-janji kosong belaka?? Sosok yang mampu
membawa rakyat ke arah kesejahteraan?? Entahlah. Hal itu bagaikan sebuah mimpi
yang masih sangat sulit digapai. Semoga nantinya benar-benar muncul sosok tersebut.
Sampai detik ini rakyat masih berharap, dan menggantungkan harapan
setinggi-tingginya...
No comments:
Post a Comment