Fenomena Ramadhan
selalu menggelitik untuk diamati. Bulan yang penuh berkah ini membuat umat
Islam di seluruh belahan dunia ramai-ramai berlomba untuk mengerjakan amal
kebaikan. Tak terkecuali dengan salah satu negara yang mayoritas penduduknya
beragama Islam, Indonesia. Masjid-masjid penuh dengan orang-orang yang sholat
dan mengaji, kotak amal penuh berisi uang, Penjual takjil (makanan buat buka)
dimana-mana. Begitu mendamaikan hati.
Tetapi fenomena ini
hanya terjadi saat awal ramadhan saja (kecuali penjual takjil). Memasuki
pertengahan ramadhan masjid-masjid mulai sepi ditinggalkan jamaahnya, suara
lantunan ayat suci Al Qur’an mulai jarang, sepi pembaca. Apalagi di kota tempat
tinggal saya, Madiun, ada pasar murah yang muncul tiap 2 minggu terakhir di
bulan Ramadhan. Ini makin menyita perhatian masyarakat. Masyarakat lebih
memilih berbelanja keperluan lebaran di pasar murah. Mereka lupa masih ada
amalan yang lebih penting untuk dikerjakan di bulan Ramadhan. Ini menyedihkan.
Tak hanya itu,
masyarakat mulai kembali ke kebiasaannya sebelum memasuki bulan suci ini. Yah,
mungkin inilah yang disebut tantangan terbesar bulan Ramadhan. Menjaga tingkat
keimanan dan ketakwaan kita sampai akhir Ramadhan bahkan seterusnya. Mengisi
masjid dengan jamaah yang berbondong-bondong sholat berjamaah dan selanjutnya
melantunkan ayat-ayatnya yang menenangkan.
Terbayangkan jika
masjid-masjid itu dapat berbicara, mungkin setiap hari kita akan mendengar
suara tangisan dan keluhannya karena jarang dijamah oleh umat Islam (termasuk
saya). Ya, Ramadhan memang hanya seperti 1 bulan spesial yang lewat setiap
tahunnya jika hanya dimaknai menahan lapar dan haus saja. Padahal Ramadhan
seharusnya menjadi ajang latihan dan lompatan untuk memperbaiki kualitas
keimanan dan ketakwaan kita. Semoga saya dan semua yang baca ini bisa menjadi
manusia yang benar-benar “beriman dan bertakwa” setelah Ramadhan ini berlalu.
Sambut dengan gembira, nikmati dengan ikhlas, jaga setelahnya. Welcome Ramadhan J
Saling
mendoakan ya. Yang nulis doakan yang baca, yang baca juga doakan yang nulis J
No comments:
Post a Comment