Friday, July 13, 2012

Segores Luka

Diawali obrolan hari ini dengan kawan-kawan. Tiba-tiba kembali terlintas peristiwa itu. Jogja, 3D, nonton film bareng. Ahh...hatiku selalu saja membenci ingatan itu. Ingatan yang ingin kulupakan, tapi selalu saja tak bisa (semoga ini salah). Peristiwa yang cukup menghempaskan jiwaku, menyisakan goresan luka yang sangat dalam di palung hati. Mungkin ini berlebihan tapi begitulah kenyataannya. Luka memang ibarat paku, bisa dicabut tapi tetap meninggalkan bekasnya.
Entah kenapa peristiwa ini bisa begitu dalam tertancap di ingatanku. Begitu pula sakit yang ditinggalkannya. Dia dan kau. Ahhh...andai saja bukan dia yang kau pilih untuk kau dekati, mungkin tak akan sesakit ini. Dia yang kuanggap layaknya adikku sendiri, dan kau...Sebagai manusia normal sulit rasanya untuk tak membenci kalian, tapi aku tahu aku tak berhak. Toh kau bukan sesuatu yang pernah ku miliki. Tak seharusnya pula aku merasa kau terebut dariku. Tapi ahhhh...aku tetap saja tak rela. Aku lebih rela kau tetap bersama pacarmu. Munafik?? iya. Tapi itulah pilihanku jika disuruh memilih.
Peristiwa Jogja akhirnya menampar kesadaranku, tak ada lagi yang bisa kuharapkan darimu. Toh kau tak pernah menganggapku berarti. Kau datang disaat kau butuhkanku, dan pergi bersamanya disaat bahagiamu. Apa yang terjadi di antara kita selama ini kuanggap saja sebagai mimpi yang kurangkai sendiri. Dan ketika aku bangun dari mimpi itu, tersadar aku di dunia yang lain. Bukan dunia denganmu, tapi dunia milikku sendiri.
Tetapi mimpi itu meninggalkan trauma. Kini aku terlalu takut untuk melangkah lagi. Bukan takut kehilangan dan tersakiti, tetapi takut menjadi tak berarti lagi.
Dan sekarang inilah jalan yang kupilih, memaafkan. Tapi mungkin benar kata pepatah, memaafkan tak berarti melupakan. Dan semoga ini hanya kata-kata, dan hatiku menuju proses untuk melupakan. Aminnn...

(ditulis dengan berbagai macam rasa kegalauan yang bercampur-14/07/12)

No comments:

Post a Comment